Jangan Malu Punya Anak “Down Syndrome” !

March 25, 2010 asih rossi
Tags:

JAKARTA- Minggu pagi itu sangat Istimewa bagi Intan, Ita, Eko, dan 300 anak-anak down syndrome (tuna grahita) lainnya. Mereka berkumpul bergembira bersama anak-anak dan orang normal lainnya dalam acara Gelar Fun Day bagi anak-anak down syndrome.
Sebagian bergembira lomba menggambar dan mewarnai, menyusun puzzle, lomba bermain dart, mini basket, dan pertandingan sepak bola. Sebagian lagi ada yang mengisi tari-tarian tradisional.
Menurut pendiri Sekolah Luar Biasa (SLB)-C Dian Grahita, Kemayoran, Maisi Wiryadi (63), semakin hari semakin sering kita temukan anak down syndrome. Jumlahnya 8.000 orang di seluruh Indonesia. “Jumlah ini akan terus meningkat karena sekarang ketahuan. Kalau dulu diumpetin orang tua karena wajah mereka jelek. Orang bilang Mongoloid Syndrome,” jelasnya.
Menurutnya orang tua tidak perlu malu memiliki anak-anak down syndrome. Anak itu adalah titipan Tuhan, dan pasti ada maksud Tuhan pada ibu yang melahirkan dan membesarkan anak-anak down syndrome.
“Saat ini kita sudah ada perkumpulan bagi para orang tua anak-anak ini. Kita harus berkumpul untuk membagi pengalaman, belajar menerima, dan saling memotivasi. Semua orang tua harus kreatif dan aktif mendidik anak-anaknya,” jelasnya lagi.

Latihan Mandiri
Semenjak usia 40 hari, Intan sudah dibawa melihat dunia luar. Selama 6 bulan, Maisy membawanya tinggal berpindah-pindah di rumah kerabat dan temannya. “Sampai 4 tahun saya latih Intan untuk Mandiri dan tidak tergantung hanya pada saya. Pada usia lima tahunm saya masukkan ke asrama susteran. Saya harus yakin bahwa dia bisa ditinggal. Hasilnya Intan menjadi sangat percaya diri banget,” Maisi Wiryadi menceritakan pengalamannya mendidik anaknya, Intan (25) yang kini telah bekerja menjadi HRD di sebuah perusahaan bunga.
Anak down syndrome sulit untuk abstraksi. Untuk mengajarkan tentang bahaya harus dengan memberikan pengalaman konkret. Mereka harus hati-hati dengan kendaraan yang lalu lalang. Caranya dengan menunjukkan mobil yang menabrak dan menghancurkan buah-buah semangka di hadapannya.
Agar Intan tidak turun-naik tangga di rumah bertingkat, ibunya membeli telur ayam dan menjatuhkan dari loteng. Dia juga ikut menjatuhkan telur-telur itu dan pecah. Sampai dia mengerti bahwa kalau tidak hati-hati dia akan jatuh seperti telur dan bisa pecah.
Intan juga sudah pernah merasakan bahaya listrik, panasnya api geretan, dan tajamnya pisau. “Saat ini saya tidak khawatir Intan jalan sendiri. Walaupun tinggal di rumah loteng, dia tidak akan berani turun-naik. Intan tidak akan mencoba-coba barang berbahaya seperti kabel listrik, geretan api, dan pisau.
Ia bahkan tidak akan pernah mencoba makanan dan minuman dari orang lain, karena takut pada narkoba. Saya pernah tunjukkan film tentang penderitaan orang kecanduan,” jelasnya.
Semua orang menganggap bahwa anak down syndrome tidak memiliki perasaan. Ini tidak benar. Jika dididik tentang cinta kasih secara benar mereka akan sama seperti anak normal lainnya.
“Mengajarkannya juga harus konkret, jangan memarahi dan menyakiti mereka. Setiap hari otot matanya saya urut agar turun dan ujung bibir saya tarik, sehingga ekspresinya menjadi hidup seperti orang lain. Butuh ketulusan untuk menerima dan mendidik mereka. Kalau kita setengah-setengah dan menganggap anak-anak ini hopeless, mereka akan merasakan dan tidak akan bisa apa-apa,” jelas Maisi.
Saat ini, Intan dan Ita dapat melukis, main organ, dan menjahit. Intan bahkan dapat berdebat dan mengajukan pendapatnya sendiri. Semua karena latihan. “Kuncinya, ia harus mau lakukan apa yang kita mau, tapi jangan dipaksa. Ajar mereka sambil bermain. Kalau mereka bersekolah, kita perlu feed back pelajaran disekolah. Tanyakan apa yang dipelajari dan bagaimana mereka menghadapinya. Ini akan membantu mereka untuk mengingat pelajaran,” jelasnya.

Gagalnya Sekolah Umum
Saat ini, sebuah perkumpulan bernama Ikatan Sindroma Down Indonesia telah dibentuk. Tujuannya untuk saling berbagi pengalaman antara orang tua. Masih banyak orang tua yang tidak begitu peduli, makanya anaknya tidak berhasil. Setiap orang tua tidak boleh malu terhadap anaknya yang down syndrome.
“Jangan diumpetin dan beri kesempatan pada anak-anak down syndrome untuk bersosialisasi. Masyarakat harus tahu bahwa anak seperti ini bisa seperti orang normal. Kita rencanakan untuk dirikan sebuah center (pusat) untuk latihan bagi anak-anak yang besar, karena selesai sekolah mereka juga harus bisa bekerja,” tegasnya
Sekolah SLB-C Dian Grahita juga didirikan untuk menutupi kegagalan sekolah-sekolah umum lainnya. Pada sekolah umum atau SLB lainnya, kebanyakan anak seperti in penekanan lebih pada persoalan akademis ketimbang praktik.
Seharusnya, latihan mengenal lingkungan dengan keluar sekolah menjadi dasar pendidikan. Kita hanya bisa mengajar anak down syndrome setelah mendaptkan kontak mata darinya. “Tetapi kalau tidak, semua yang diomongkan tidak akan didengarnya. Kalau dia sudah kenal lingkungan dan orang lain, dia tidak akan takut dan mau dengar,“ jelas Maisi lagi tentang anak-anak yang menderita kelainan kromosom yang terjadi pada saat pembuahan awal.

“Special Olympic”
Saat ini sedang disiapkan pekan olahraga nasional (PORNAS) kelima pada bulan September 2006 dan pemenangnya akan dikirim ke World Summer Game di Shanghai. Pesertanya adalah semua anak-anak down syndrome, low ability, dan autis. “Atlet Indonesia mendapat emas, perak dan perunggu untuk cabang atletik dan tenis meja. Setiap minggu mereka berlatih di lapangan bola Rawamangun,” demikian jelas Direktur Relawan Asia Selatan, Josephine Setyono
Latihan out door terus menerus akan meningkatkan fungsi motorik, kepercayaan diri dan disiplin anak anak down sindrom. Eko adalah salah seorang pemenang atletik dan bisa main musik. Dulunya Eko penyendiri, namun saat ini setelah terlibat dalam program menyosialisasikan anak-anak down sindrom, ia dapat mencapai prestasi.
”Mereka hanya butuh disayangi dan dianggap sama dengan yang lain untuk dapat memiliki percaya diri. Kalau semakin dibedakan, maka akan menambah tekanan. Kalau kita rangkul maka mereka akan senang sekali,” jelas Josephine yang menjadi salah satu dari 250 relawan pada acara yang didukung oleh perusahaan listrik, General Electric. n

Entry Filed under: Uncategorized

Leave a comment

Trackback this post  |  Subscribe to comments via RSS Feed

Pages

Categories

Calendar

March 2010
M T W T F S S
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
293031  

Most Recent Posts