Posts tagged ‘aminatun zuhriarsih (2 pa 03) ‘




Tips Langsing Pasca Melahirkan

Anda pasti kenal artis Langsing Dewi Rezer. Tubuh ideal dan langsing adalah dambaan bagi setiap wanita. Tua muda, pasti menginginkan hal tersebut. Artis Dewi Rezer menyadari hal tersebut, sebagai artis yang pernah mendapat julukan wanita seksi selalu berupaya menjaga kondisi badannya.

Fisik Dewi Rezer tidak mengalami perubahan berarti jika dilihat sebelum dan sesudah memiliki satu orang anak. Presenter sekaligus aktris yang ditemui di sebuah acara beberapa waktu lalu membuka rahasia tips langsingnya, bahwa rajin olah raga merupakan kunci kebugaran tubuhnya.

Menurutnya Marcelino Lefrant sang suami mempunyai peran yang cukup besar dalam mengontrol badannya. Sindiran halus bahwa ada timbunan lemak di bagian tubuhnya langsung direspon olah raga serta diet.

Bila anda tidak sempat olahraga atau malas olahraga, cara diet langsing yang dianjurkan adalah dengan cara sarapan dengan formula khusus. Ingin tahu formula tersebut?

Add a comment April 12, 2010

Cara mencegah dan membersihkan muntah bayi

Membersihkan Muntah
Langsung bersihkan bekas muntah dengan lap basah atau kering agar tak sempat berkontak terlalu lama dengan kulit si bayi. Kalau tidak, kulit akan memerah atau terjadi iritasi, yang berarti harus dilakukan pengobatan khusus.

Untuk membersihkan bekas muntah pada perabot atau lantai maupun pakaian yang terkena muntah, gunakan campuran air dan soda kue. Selain dapat menghilangkan noda yang menetap, juga akan menghilangkan baunya.

Mencegah Muntah
Masih ada beberapa hal lagi yang perlu diperhatikan para ibu untuk mencegah kemungkinan bayi muntah, yakni:

* Jangan memberi minum susu selagi bayi menangis. Berhentilah menyusui untuk menenangkannya.
* Tegakkan bayi setegak mungkin selama dan beberapa waktu setelah minum susu.
* Pastikan dot botol tak terlalu besar atau terlalu kecil, dan botol dimiringkan sedemikian rupa sehingga susu, bukan udara, yang memenuhi bagian dotnya.
* Jangan mengangkat-angkat si bayi selama atau sesudah ia minum. Jika mungkin letakkan dan ikat sebentar si bayi pada kursi bayi atau kereta dorongnya.
* Jangan lupa membuat bayi bersendawa.

Add a comment April 12, 2010

Mencegah gendut dan loyo sesudah melahirkan

Supaya tidak tampil gendut dan loyo sesudah melahirkan, ternyata ada kiatnya. Berolah raga cukup dan mengurangi makanan berlemak selama kehamilan, akan menyebabkan ibu cepat langsing kembali sesudah melahirkan. University of Pittsburgh Medical Center telah melakukan test terhadap 110 ibu hamil yang sebelum hamil mempunyai berat badan normal. Separuh diantaranya, diharuskan jalan selama 20 menit setiap hari, mengkomsumsi susu rendah lemak, dan makan makanan yang tidak mengandung lemak jenuh. Sementara, 50 persen sisanya, tidak melakukan olahraga dan boleh makan sesukanya.

Hasilnya, 67 persen golongan pertama, kembali ke berat badan semula, atau terjadi penambahan hanya sampai 5 kilogram pada bulan pertama sesudah kehamilan. Sebaliknya, ibu-ibu dari golongan pertama, mengalami kenaikan di atas 7 kilogram dan selama berminggu-minggu berikutnya, tetap kepayahan menurunkan berat badan idealnya. Sayangnya, riset ini tidak melakukan studi terhadap wanita-wanita yang sebelumnya sudah overweight. Namun demikian, tak ada salahnya meminta saran dokter kandungan Anda, tentang diet dan olahraga yang cocok selama kehamilan.

Untuk anda yang malas berolahraga.
Ada solusi yang lebih alami dengan khasiat herbal. Bila tertarik dapat mempelajarinya di sin

Add a comment April 12, 2010

‘Idiot’ dan Penyebabnya

Istilah idiot sebenarnya sudah tidak dipakai di dunia medis untuk menyebut anak-anak yang memiliki kelambanan menangkap respons baik secara motorik, kognitif, sosial dan bahasa. Apa yang menjadi penyebab keterbelakangan mental atau retardasi mental itu?

Meski intelligence quotient (IQ) bukan satu-satunya cara untuk mengukur anak ‘idiot’ tapi kebanyakan anak dengan kondisi itu memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal.

Standar IQ yang normal menurut skala Stanford-Binet adalah di kisaran 85-115. Hanya 1 persen saja populasi di dunia yang memiliki tingkat IQ di atas 135. Separuh (50%) populasi di dunia memiliki IQ rata-rata di kisaran 90-110, sebesar 25% memiliki IQ di atas rata-rata itu dan 25% populasi di dunia memiliki IQ di bawahnya.

Orang yang ber-IQ rendah di bawah 70 dan sulit berkomunikasi dengan orang lain yang biasanya disebut ‘idiot’ atau keterbelakangan mental. Orang-orang seperti ini memiliki kepribadian yang unik namun dalam kehidupan sosial sering menjadi olok-olokan di masyarakat.

Add a comment April 12, 2010

Prognosis sindrom down

44 % syndrom down hidup sampai 60 tahun dan hanya 14 % hidup sampai 68 tahun. Tingginya angka kejadian penyakit jantung bawaan pada penderita ini yang mengakibatkan 80 % kematian. Meningkatnya resiko terkena leukimia pada syndrom down adalah 15 kali dari populasi normal. Penyakit Alzheimer yang lebih dini akan menurunkan harapan hidup setelah umur 44 tahun.
Anak syndrom down akan mengalami beberapa hal berikut :
1. Gangguan tiroid
2. Gangguan pendengaran akibat infeksi telinga berulang dan otitis serosa
3. Gangguan penglihatan karena adanya perubahan pada lensa dan kornea
4. Usia 30 tahun menderita demensia (hilang ingatan, penurunan kecerdasan danperubahan kepribadian)

Add a comment April 12, 2010

kenakalan remaja merupakan perilaku menyimpang

Makna Down Sindrom sebenarnya bukan sesuatu yang asing bagi kita. Sering kali makna tsb menjadi bahan diskusi hangat, topik pembicaraan pagi bersama kopi panas, atau sekedar obrolan di warung kopi. Tapi intinya masyarakat kita sudah terbiasa berinteraksi dengan Down Syndrom society n’ side others.

Bila kita melongok kedalam kelas di salah satu SLB (Sekolah Luar Biasa) kita akan menjumpai anak-anak yang mengalami down sindrom. Demikian pula jika kita berada pada ruangan praktek terapi akunktur, terapi herbalis modern ataupun klinik tumbuh kembang anak. Anak-anak itu seperti masyarakat pada umumnya jika berada pada komunitas mereka sendiri. Bermain, tertawa riang, bercanda, bersenda gurau dan saling berkomunikasi (dengan bahasa dan gerak tubuh yang ‘khas’ mereka).

Mungkin kita lebih mengenal kata AUTHyS ketimbang down sindrom, tetapi sebenarnya relatif sama. Hanya jika penderita authys lebih cenderung complex dan spesifik. Ada penderita autis yang relatif lambat perkembangan otak/mental dan pisiknya dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Ada juga penderita autis yang justru lebih aktif (hyperactive) dan cenderung ingin lebih ketimbang anak-anak yang lain.

Jika kita berada diantara saudara-saudara kita yang menderita down sindrom, perasaan dan hati kita akan dipermainkan oleh suasana sedih, miris, terkadang kita tertawa namun dilain kesempatan kita akan merenung. sedih melihat betapa ujian dan cobaan Allah telah dating kepada mereka di usia mereka yang masih sangat belia tanpa mereka sendiri merasakan bahwa mereka mengalami kekurangan/kelambatan perkembangan. Betapa mereka butuh perhatian dan keikhlasan kita untuk berbagi, bergaul dan tanpa ada perasaan untuk mengucilkan. Tapi kita akan sedikit tertawa jika melihat aktifitas dan pergerakan mereka yang terkadang lucu dan riang, namun tiba-tiba kita juga akan merenung menerawang keadaan dan masa depan mereka di masa yang berbeda dengan saat ini.

Ibu Aryati, orang tua yang kebetulan anaknya menderita down sindrom, menuturkan bahwa awalnya dia begitu sedih, miris dan berkeinginan untuk tidak menerima kehadiran sang anak, sebelum anak itu dilahirkan. Tetapi setelah berulang kali berfikir kemudian dia justru menyebutkan bahwa ‘ini semua adalah karunia Allah SWT. Kesempatan ini merupakan momenum untuk berbuat dan mencurahkan perhatian untuk keluarga/anak’. Lalu Bu Aryati mengundurkan diri dari pekerjaannya agar dapat memiliki waktu cukup untuk dekat dengan keluarga/anak-anaknya

Beliau kemudian mendirikan organisasi bagi para orang tua yang anaknya menderita Down Sindrom, untuk dapat saling berbagi, bercerita dan bertukar pengalaman, dengan nama POTADS (Persatuan Orang Tua Anak Down Sindrom). Dan merelakan rumahnya dibilangan Ciputat menjadi secretariat organisasi tsb.

Secara Umum, cirri-ciri penderita Down Sindrom, adalah (antara lain) :

1. Ciri Pisik ; Wajah cenderung simetris, mulut agak terbuka dan lidah terlihat lebih tebal

2. Ciri Mental ; Lebih lambat dalam beraktifitas dan menerima respon dari lawan bicara

Jika ada rekans pegawai dan/atau saudara rekans pegawai dan/atau tetangga rekans pegawai yang memiliki anak yang menderita down sindrom, mungkin ada baiknya berinteraksi serta menggabungkan diri dengan POTADS. Dengan bergabung pada orang-orang yang memiliki kesamaan perjuangan, relatif lebih mendapat value added, setidaknya dalam hal mendidik anak, mengupayakan agar sang anak dapat mensejajarkan diri dengan anak-anak lainnya.

Add a comment April 12, 2010

Mata sipit, muka bulat, hidung pesek, jarak kedua mata sempit, leher pendek, anggota gerak juga pendek (sehingga berbadan pendek), lidah menjulur karena rongga mulut kecil, garis tangan melintang tunggal (simeon crease/garis tangan seperti telapak tangan kera).

Itulah ciri-ciri fisik dari sesorang yang menderita sindroma Down atau Down syndrome. Di samping itu, sindroma Down ini juga diikuti dengan retardasi mental (tingkat IQ dari ringan sampai parah), di mana mereka mengalami keterbatasan kognitif.

Akibat perkembangan fisik dan mental yang lamban, orang-orang dengan sindroma Down ini kadang juga mengalami /dihadapkan dengan berbagai kondisi anomali kesehatan fisiknya, seperti kelainan jantung, kelainan saluran cerna, infeksi telinga, maupun gangguan kelenjar gondok.

Trisomy 21
Penyebab dari sindroma Down ini adalah kelainan atau kerusakan pada kromosom yang disebut trisomy 21. Manusia memiliki 23 pasang kromosom dan setiap pasang kromosom itu memiliki nomor urut. Pada orang yang mengalami sindroma Down, kelainan terjadi pada kromosom nomor 21, di mana jumlah kromosomnya tidak lagi dua (satu pasang), tapi tiga.

Sebanyak 95% kasus sindroma Down ini disebabkan oleh trisomy 21, di mana 88% disebabkan oleh faktor ibu (secara genetika, warisan kepada anak itu lebih banyak dari faktor ibu termasuk sewcara umum kecerdasaan anak), dan 8% dari faktor ayah. Sedangkan sisanya 2-4% disebbakan oleh mosaic trisomy 21 dan 3-4% disebabkan oleh translocation Robertsonia’n.

Sindroma Down dan Usia Ibu
Secara umum, 95% sindroma Down ini terjadi 1 di antara 800 sampai 900 kelahiran hidup. Menurut penelitian, insiden sindroma Down ini meningkat seiring dengan meningkatnya usia ibu. Dengan kata lain semakin tua seorang ibu mengandung, semakin besar resiko untuk melahirkan anak dengan sindroma Down. Ini mudah dijelaskan, karena semakin tinggi usia seorang perempuan maka semakin berkurang kualitas sel telur yang dihasilkan.

Untuk ibu di bawah usia 30 tahun, insiden sindroma Down ini adalah 1 banding 1000-1500 kelahiran. Usia 35, insiden menjadi 1 diantara 400. Sedangkan pada usia 37 tahun, insiden sindroma Down menjadi 1 di antara 250. Dan pada usia 40 tahun, insiden sindroma Down menjadi 1 di antara 30. Walaupun pada kenyataannya 80% kasus sindroma Down itu terjadi pada ibu berusia di bawah 35 tahun. Dalam Ilmu genetika, amat disarankan seorang Ibu tidak hamil (lagi) di atas usia 35 tahun.karena peluang memperolah bayi cacat (tidak hanya sindroma Down) menjadi meningkat drastis.

Selain faktor usia ibu, ada juga faktor resiko lainnya seperti penggunaan obat-obatan, alkohol, dan rokok.

Prenatal Screening
Walaupun screening saat kehamilan terutama pada perempuan beresiko terhadap kemungkinan bayi sindroma Down, dapat dilakukan tapi pada umumnya masih dipandang kontroversial bila hasilnya menunjukkan sindroma Down. Ini berkaitan dengan apakah kehamilan akan diakhiri atau dilanjutkan.

Ada dua metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi sindroma Down ini, yaitu:

1. Non invasif: deteksi kelainan dari darah ibu terhadap kandungan zat-zat tertentu (alpha feto protein, estriol, dan hCG) serta dengan USG pada usia kehamilan 15-20 minggu.

2. Cara invasif (amniosentesis, CVS): dengan memasukkan jarum ke kandungan ibu hamil untuk diambil cairan amnion (amniosentesis) atau darah janin (CVS: chorionic villus sampling), dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu.

Harapan hidup
Menurut literatur, harapan hidup seseorang yang menderita sindroma Down ini memang lebih pendek dari manusia normal. Di Amerika Serikat, rata-rata harapan hidupnya adalah 50 sampai 60 tahun. Di Indonesia sendiri belum ada penelitian tentang hal ini. Tetapi dari pengamatan, rata-rata harapan hidup mereka adalah 30 tahun. Ini tentu saja berkaitan dengan kualitas layanan kesehatan untuk mereka yang bisa dibilang masih sangat minim., selain tentu saja ada tidaknya kelainan organ vital yang menyertainya.

Berprestasi
Di Indonesia, retardasi mental (tuna grahita) dengan penyebab bervariasi, salah satunya sindroma Down, lebih kurang 6,6 juta penderita (kurang lebih 3% dari populasi). Mereka tersebar di seluruh penjuru tanah air. Ada yang ditempatkan di panti-panti asuhan tapi ada pula yang tinggal bersama keluarga. Masih ada yang beranggapan bahwa sindroma down ini adalah kutukan Tuhan sehingga keluarga malu dan berupaya menyembunyikan anggota keluarga yang menderitanya. Padahal, sindroma Down ini terjadi pada semua suku/ras dan semua tingkat sosial ekonomi.

Peran DEPSOS dalam membina mereka, dengan kondisi mayoritas Panti Asuhan di tanah air yang amat terbatas, jelas amat diperlukan.

Walaupun mereka menderita retardasi mental dan perkembangan fisik yang lamban, tapi tidak berarti bahwa mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Ketrampilan mereka masih bisa dilatih dan dikembangkan (istilahnya, mereka adalah trainable/dapat dilatih walau non educable/dapat dididik). Tidak berarti bahwa seseorang dengan sindroma Down tidak bisa berprestasi. Chris Burke, yang terkenal memainkan Corky dalam seri televisi Amerika Life Goes On adalah penderita sindroma Down. Karren Gaffney adalah seorang perenang dan motivator; Miguel Tomasin, penyanyi Argentina, yang semuanya adalah penyandang sindroma Down.
Jadi bagi para orangtua yang memiliki anak sindroma Down, janganlah berkecil hati.

*Berdasar wawancara dengan dr. Ag Paulus, yang saat ini sedang mengikuti studi S2 Konseling Genetika di FK Undip.

Add a comment April 12, 2010

Kisah Nyata Sindrom Down

Kebahagiaan sedang melambung di hati Noni Fadhilah. Perempuan 36 tahun ini dengan bangga menyaksikan Zeina Nabila, putrinya semata wayang, berlenggang-lenggok memeragakan busana di atas panggung. Kebahagiaannya makin lengkap ketika akhirnya Zeina terpilih sebagai top model di tengah acara Peduli Sindroma Down, pekan lalu di Jakarta. Noni memang layak bangga. Zeina adalah satu dari sekitar 300 ribu penyandang sindrom down yang ada di Indonesia. Kelainan yang terjadi pada satu dari 700 kelahiran itu nyata menghambat perkembangan mental Zeina. Gadis 12 tahun ini secara emosional sering bereaksi seperti anak balita. Namun, Zeina, yang pelajar kelas tiga Sekolah Luar Biasa (SLB) Budi Waluyo, Jakarta, tergolong cukup mandiri. Dia tak perlu bantuan lagi untuk mandi, menyikat gigi, berpakaian, ataupun mengatur jadwal sehari-hari. “Dia juga bisa komplet mengikuti tata cara santap malam resmi, tanpa sedikit pun membuat sendok dan garpu berdenting,” kata Noni. Tentu saja tak semua anak dengan sindrom down -ditandai dengan wajah khas ala Mongoloid dengan jarak antarmata berjauhan-seberuntung Zeina. Sebagian besar mereka harus sepenuhnya bergantung pada bantuan orang lain. Makan harus disuapi, mandi pun tak bisa sendiri. Jangankan berlenggak-lenggok di atas pentas, sering kali anak sindrom down tak sanggup membendung air liur yang seolah tak henti menetes dari mulut. Akibatnya, penyandang kelainan ini sering tampil mengenaskan, bodoh, dan menjadi sasaran ejekan masyarakat. Kelainan itu bahkan dinilai sebagai buah dari perilaku dan dosa orang tua. Padahal, sindrom down sesungguhnya tak punya kaitan apa pun dengan perilaku orang tua. Profesor Sangkot Marzuki, ahli genetika dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Jakarta, menegaskan bahwa sindrom tersebut bisa menimpa siapa pun tanpa memandang asal-usul. Pasangan yang seratus persen sehat jasmani dan rohani juga bisa mendapat keturunan dengan sindrom down. “Ini bukan penyakit kutukan,” kata Sangkot kepada TEMPO beberapa waktu lalu. Sindrom down, Sangkot menjelaskan, berawal dari kelainan kromosom-untaian tempat hunian materi genetis yang akan diwariskan kepada anak-saat terjadi pembuahan sel telur oleh sperma. Normalnya, sperma ayah dan sel telur ibu masing-masing menyumbang 23 kromosom sehingga janin nantinya memiliki 46 atau 23 pasang kromosom. Tapi, pada kondisi tertentu, terjadi kelebihan pasokan satu kromosom sehingga sang anak total punya 47 kromosom. Pada sindrom down, yang berlebihan adalah kromosom nomor 21 sehingga sindrom ini juga disebut trisomi 21. Lantas, bagaimana pasokan kromosom 21 bisa berlebih? Sayangnya, sampai kini belum ada jawaban yang pasti. Para ilmuwan baru memetakan bahwa risiko sindrom down meningkat seiring bertambahnya usia ibu. Maklum, mutu sel telur berangsur merosot seirama dengan pertambahan usia wanita. Perempuan yang hamil ketika berusia 35 tahun ke atas, misalnya, berisiko empat kali lebih tinggi punya anak dengan sindrom down dibanding wanita yang mengandung di awal usia 20-an tahun. Namun, layak dicatat, sebagian kasus sindrom ini terjadi karena pembelahan sel pascapembuahan yang tak sempurna. Kondisi ini diduga dipicu berbagai faktor, misalnya paparan zat radioaktif dan buruknya mutu lingkungan. Jadi, “Ini kian menguatkan teori bahwa sindrom down bisa menimpa siapa saja,” kata Sangkot. Sayang, tak banyak orang tua yang memahamisindrom down. Sebagian masih beranggapan kelainan itu bisa meruntuhkan nama baik keluarga. Akibatnya, alih-alih mendapatkan terapi yang memadai, banyak anak dengan keterbatasan mental ini justru disembunyikan di dalam rumah atau “dibuang” ke SLB ber-fasilitas asrama, di dalam dan luar negeri. Memang, seperti diakui Noni, tak gampang bagi orang tua untuk menerima kenyataan anaknya terkena sindrom tersebut. Reaksi awal yang muncul adalah marah, menolak kenyataan, dan bahkan menghujat Tuhan. “Kenapa Tuhan memberi saya anak yang tidak normal? Apa kesalahan saya?” kata Noni, yang menjalani periode sakit hati dan menolak kenyataan ini selama tiga tahun sejak kelahiran Zeina. Reaksi serupa juga dialami Aryati, 43 tahun, dan Ellya Goestianie, 36 tahun, keduanya ibu dari seorang putra penyandang sindrom down yang kini berusia lima tahun. Aryati harus tenggelam tiga bulan dalam trauma sebelum kembali tegar untuk merawat anaknya. Sedangkan bagi Ellya, situasi trauma yang ia alami bertambah parah karena tanggapan tak simpatik dari dokter yang menangani anaknya. Menurut dokter itu, Laudah, anak Ellya, paling banter nantinya cuma jadi tukang bersih-bersih. Sedangkan dokter yang lain menyatakan tak banyak yang bisa diharapkan dari Laudah. “Bisa jalan enam langkah saja sudah syukur,” kata Ellya, menirukan komentar sang dokter. Syukurlah, ramalan negatif itu tidak ter-wujud. Melalui kesabaran Ellya melakukan terapi dan latihan intensif, Laudah sanggup lincah berlari-lari dan bersekolah di sebuah kelompok bermain (play group).

Add a comment April 12, 2010

Kelainan yang Dapat Menyertai ADHD

Penelitian membuktikan bahwa 2/3 anak yang didiagnosa ADHD mempunyai paling sedikit satu tambahan kelainan gangguan mental atau belajar.

Untuk memastikan diagnosa yang tepat, dokter yang merawat anak anda akan memeriksa kondisi lain yang memperlihatkan gejala yang mirip dengan ADHD. Dokter dapat menemukan bahwa anak anda menderita ADHD, kondisi lain, atau ADHD dengan kondisi lain. Keadaan dimana terdapat lebih dari satu kelainan disebut kondisi penyerta.

Kondisi penyerta dapat menyebabkan diagnosa dan pengobatan ADHD menjadi lebih sulit. Hal ini juga menyebabkan lebih banyak rintangan bagi anak untuk mengatasinya, karena itu penting untuk mengenali dan mengobati kondisi lain tersebut.

Kelainan yang Sering Menyertai ADHD:
– Gangguan pola perilaku yang menentang peraturan (Oppositional Defiant Disorder / ODD)
– Gangguan kelakuan (Conduct disorder)
– Ketidak-mampuan belajar dan berbahasa (Learning and language disabilities)
– Gangguan cemas (Anxiety disorder)
– Gangguan depresi (Depressive disorder)
– Gangguan bipolar (Bipolar disorder)
– Penyakit Tourette (Tourette’s Disorder)

Gangguan pola perilaku yang menentang peraturan (Oppositional Defiant Disorder / ODD)

– Gangguan kelakuan (Conduct disorder)
Anak dengan ODD sering tidak patuh kepada peraturan dan punya kecenderungan untuk menyusahkan orang lain. Sejumlah anak dengan ADHD yang menunjukkan masalah tingkah laku dapat didiagnosa dengan gangguan perilaku.
Gangguan perilaku adalah kelainan psikiatrik yang serius dimana anak bersifat agresif terhadap orang dan binatang, merusak barang, dan seringkali melanggar aturan di masyarakat.

Ketidak-mampuan belajar dan berbahasa (Learning and language disabilities)
25 sampai 30 persen anak dengan ADHD juga mengalami masalah dalam bahasa atau belajar. Anak dengan kondisi penyerta ini dapat mengambil manfaat dari terapi sekolah dan bahasa, juga bantuan tambahan di sekolah.

Gangguan cemas (Anxiety disorder) dan Depresi (Depressive disorder)
Tambahan pula, 33 persen anak dengan ADHD juga memiliki kecemasan (anxietas) atau gangguan alam perasaan (seperti depresi). Anak dengan masalah ini dapat ditolong dengan pengobatan tambahan, termasuk terapi bicara, obat, atau keduanya.

Gangguan bipolar (Bipolar disorder)
Salah satu keadaan yang lebih serius yang mungkin terjadi bersamaan dengan ADHD adalah gangguan bipolar. Sejumlah tanda yang menunjukkan anak anda mempunyai gangguan bipolar adalah rasa gembira yang berlebihan, pola pikir cepat, dan kurang perlu tidur, sangat iritabel, sensitif dan reaktif secara berlebihan serta emosinya sering dikatakan seperti “roller-coaster”.

Hanya klinisi yang berkualifikasi kesehatan jiwa yang dapat menentukan apakah kelakuan anak anda disebabkan oleh ADHD, kondisi lain, atau kombinasi keduanya5.

Bila obat-obat ADHD gagal memperbaiki gejala-gejala pada anak, hal tersebut mungkin merupakan tanda adanya kondisi penyerta.

Add a comment April 12, 2010

ADHD Bisa Terjadi Saat Dewasa

New York, Perilaku hiperaktif atau ADHD (attention-deficit hyperactivity disorder) selama ini lebih banyak ditemukan pada anak-anak. Tapi ternyata ADHD juga bisa dialami orang dewasa. Kenapa ADHD baru muncul saat dewasa?

Gejala ADHD pada orang dewasa antara lain:

1. Kegelisahan
2. Ketidaksabaran
3. Sering mengalami keterlambatan yang kronis
4. Kesulitan dalam hal terorganisir
5. Fokus hanya bisa menyelesaikan satu masalah
6. Impulsif (bertindak secara tiba-tiba).

Seseorang harus memperhatikan dan menyadari jika mengalami gejala-gejala seperti itu di dalam dirinya. Diperkirakan sekitar 4,4 persen orang dewasa Amerika Serikat atau hampir 10 juta orang memiliki ADHD, tapi kurang dari seperempatnya yang menyadarinya.

Orang dewasa kurang menyadari jika dirinya terkena ADHD karena mengira ADHD terjadi saat masih anak-anak, sehingga ketika gejala tersebut timbul mereka mengabaikannya.

Beberapa orang yang mengalami kondisi ini tidak menyadarinya saat masih remaja, sehingga banyak yang baru meyadarinya saat dewasa. Pada tahun 1980-an terapis mengakui bahwa gangguan ini ternyata bisa bertahan pada orang dewasa. Bahkan hingga kini, untuk mendapatkan diagnosis yang akurat masih sulit.

“ADHD seringkali bergandengan dengan depresi, kecemasan dan gangguan bipolar sehingga sulit untuk mengidentifikasi gejala mana yang timbul lebih dulu. Hal ini sangat memungkinkan seseorang diterapi akibat kecemasan atau depresi selama bertahun-tahun, namun tidak menyadari adanya ADHD,” ujar Maria Solanto, direktur pusat AD/HD di Mount Sinai Medical Center, New York City, seperti dikutip dari Wallstreet Journal, Rabu (7/4/2010).

Orang dewasa dengan ADHD kemungkinan mengalami penyalahgunaan obat atau zat, kecelakaan, kesulitan untuk bekerja secara normal dan juga sulit dalam hal mempertahankan hubungan. Tapi mereka biasanya sangat cerdas, energik, karismatik, kreatif dan mampu fokus pada satu perhatian yang menarik baginya.

ADHD adalah gangguan fungsi eksekutif dari otak, yaitu ketidakmampuan untuk merencanakan, memulai sesuatu pada waktu yang tepat, menghilangkan satu langkah dan langsung mengakhirinya pada waktu yang tepat. Hal ini akibat tidak adanya keseimbangan neurotransmitter di otak.

“Kekacauan atau gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya telah membantu mereka untuk mendapatkan ide-ide inovatif. Hal ini sungguh menakjubkan dan melihat orang-orang tersebut sukses, meskipun memiliki ADHD,” ujar Ivan K. Goldberg, psikiater di New York City.

Secara umum, ADHD bisa membuat hidup menjadi lebih sulit. Pada orang dewasa biasanya lebih memiliki masalah dalam hal memberikan perhatian, fokus dan prioritas, sehingga mengelola waktu dan uang menjadi sulit.

Kondisi ini dialami oleh Linda Hensens (46 tahun) seorang transcriptionis medis di Clayton, New York City, dirinya diketahui memiliki ADHD setelah seorang ahli bedah bariatic bertanya mengenai kebiasaan kerjanya.

“Sangat sulit bagi saya untuk duduk diam di kursi, rasanya saya begitu gelisah dan selalu ingin bangun dari kursi,” ujarnya.

Para ahli mengatakan ADHD bisa mengganggu kehidupan sehari-hari. Jika seseorang sesekali terlambat tentu tidak apa-apa, tapi jika selalu terlambat dan semakin kronis, kehilangan pekerjaan dan juga teman-temannya, memiliki kamar yang berantakan, sering mengalami kecelakaan atau tidak dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, maka hal ini sudah menjadi masalah. Orang-orang ini bukan berarti tidak ingin melakukannya, tapi tidak mampu untuk melakukannya.

Tidak ada tes darah atau scan otak yang dapat mendiagnosis ADHD. Orang dicurigai memiliki ADHD setelah melakukan evaluasi secara menyeluruh. Setelah didiagnosis ADHD, kebanyakan ahli merekomendasikan perawatan melalui obat dan terapi perilaku.

Namun penggunaan obat-obatan harus hati-hati, karena jika dosisnya terlalu tinggi atau diberikan obat yang tidak tepat bisa membuat ia kehilangan sisi kreatifnya. Sementara obat-obatan tersebut dapat membantu ADHD menjadi lebih fokus, sedangkan terapi perilaku dapat membantunya melakukan sesuatu dengan tepat.

Add a comment April 12, 2010

Pages

Categories

Links

Meta

Calendar

May 2024
M T W T F S S
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  

Posts by Month

Posts by Category